Sahabat berikut ini ada Cerpen Pendidikan dengan judul Orang tua adalah Segalanya. Sahabat tentunya sangat menyayangi orang tua Sahabat . Penuh kasih sayang mereka membesarkan kita hingga saat ini Sahabat . Nah Sahabat dalam cerpen ini banyak pelajaran yang bisa Sahabat dapatkan.Semoga cerpen ini bermanfaat untuk kita smua Sahabat .
Alkisah tentang seorang anak
yang telah sukses. Meeting pun selesai, Irf pun berpamitan dengan para
klien dengan mendapatkan hasil yang menggembirakan. Jabat tangan erat
menghangatkan pada hiruk pikuk malam yang basah dan pertemuan dengan
kliennya pun usai. Seperti biasa, apabila hasil yang di inginkan
tercapai, manusia akan tersenyum senang.
Waktu telah
menunjuk pukul 12 malam, Irf pun beranjak pulang. Tampak teramat letih
karena sejak pagi bekerja tanpa henti menguras pikiran.
Seperti
biasa pak Bidin adalah teman setia Irf yang selalu mengantar kemana
saja Irf bekerja. Pak Bidin telah bekerja dengan Irf sudah sejak 10
tahun lalu. Tiba- tiba “kemana ya Pak Bidin?” Ucap Irf. “Harusnya dia
ada disini, wong parkirannya juga tidak begitu luas.
Dengan
rasa penasaran Irf lihat kiri dan ke kanan, Pak Bidin pun tak kunjung
keliatan. Sampai akhirnya Irf pun memencet tuts ponselnya.
“Hallo Pak Bidin” Dimana? Kok enggak ada di tempat parkiran?”
“Iya
pak maaf, lima menit lagi saya sampai pak” Ucap Pak Bidin yang
sepertinya dalam perjalanan menuju ke tempat Irf meeting dengan para
kliennya.
Lima belas menit pun berlalu, tak ada terlihat
lampu mobilnya Irf masuk ke halaman parkiran. Irf makin kian gelisah
tak menentu. Sempat terpikir untuk naik taksi saja pulang ke kantor.
Akhirnya Pak Bidin yang di tunggu sejak tadi sudah datang, Irf yang
kesal langsung masuk mobil dan karena letih dan lelah bekerja ditambah
lamanya menunggu, hampir saja Irf menumpahkan kekesalannya kepada Pak
Bidin, bila Pak Bidin tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan
maaf.
Saat Irf menghidupkan radio mobil, matanya menoleh
ke sesuatu yang dibungkus dengan pastik berwarna hitam. Dan ternyata
sebuah plastic inilah yang membuat Pak Bidin datang terlambat. Tercium
bau seperti Nasi Ayam kuah yang menusuk hidung dari bungkus plastik
tersebut.
"Nasi Ayam ini buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget,
maaf ya pak," kata Pak Bidin sekali lagi.
“Ibu
saya sudah tua dan sangat susah menemukan selera makannya. Nah,
biasanya dengan menu nasi ayam ini dia mau makan pak dan biasanya
lahap," cerita Pak Bidin tentang Si Sang Ibu yang kini tersisa dan
Ayahnya sudah lama wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian.
Mendengar
ceritanya Pak Bidin, pikiran Irf berterbangan entah ke mana-mana. Dan
yang pasti, nasi ayam ini jika diletak dalam mobil sudah pasti akan
cepat dingin. Sementara perjalanan ini masih cukup panjang. Pertama,
Pak Bidin harus mengantarkannya pulang ke rumah. Lalu Pak Bidin kembali
ke kantor untuk mengembalikan mobil perusahaan. Nah setelah itu Pak
Bidin masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda
motornya dan sudah pasti jadi anyep nasi nasi ayam ini.
"AC-nya dimatikan saja Pak Bidin, dingin banget, saya juga pengen merokok."
Dalam
hatinya Irf ingin agar nasi ayam yang dibawa Pak Bidin tak begitu
dingin. Begitu AC dimatikan , Irf pun membakar rokoknya.
Dalam
asap yang tersembur melalui kaca mobil, pikirannya tiba-tiba melayang
pada ibunya yang sudah sejak kapan tahun yang berada di sudut kota.
Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. Entah kesibukan pekerjaan
dan berbagai aktivitas yang harus dihadapinya, sering kali kerap
membuatnya lupa untuk sekadar mungkin hanya meneleponnya.
Pak
Bidin saja, yang penghasilannya pas-pasan bila dibandingkan dirinya,
berusaha mati-matian menyisihkan sedikit uang untuk membeli sebungkus
nasi ayam. Sedangkan dirinya, apa?!!
Irf nyaris melupakan
semuanya tentang ibunya, tentang perempuan yang melahirkan dan
membesarkannya dengan segala suka dan dukanya melalui kedua tangan
keriput Ibunya. Dan dia tahu, ibunya sangat menyukai goreng pisang dan
segelas kopi hangat yang katanya selalu menjadi menu romantis bersama
Sudri, Ayahnya Irf. Irf mengambil ponselnya untuk menelepon ibunya.
Sayang tak ada jawaban. Kemungkinan sudah tidur. Erfin, Iren dan Indah,
ketiga adiknya yang setia menemani ibunya juga pasti terlelap.
Tak
lama setelah melewati perempatan jalan, Irf pun menyuruh Pak Bidin
menghentikan mobilnya. Padahal jarak menuju ke kantor masih sangat jauh.
"Gini
aja pak, pak Bidin langsung saja pulang, bawa saja mobil kantor ini
pulang kerumah. Motor Pak Bidin biarkan di titip dikantor. Nanti Pak
Bidin kemalaman sampai di rumah, kasian Ibu Pak Bidin menunggunya nanti
kelamaan"
Irf memilih untuk meneruskan perjalanan dengan
menggunakan taksi. Betapa indahnya hidup Pak Bidin, yang teramat sangat
menyayangi ibunya.
Tak lama kemudian, Irf menyetop
taksi. Di kursi belakang taksi berwarna kuning itu, perasaan haru,
bersalah, rindu bergelojak menjadi satu.
Sebuah janji
yang pernah tercatat dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan
mengunjungi ibunya. Bersama dengan Biyah, putri mungil juga cucu
pertama dari keluarga Irf dan Mayarni sang istri tercinta.
Mother : how are you today?Don't worry mom,I'm fine.
Promise me to see you this summer.
This time there will be no delay with Biyan and Mayarni.
*****TRANSLATE IN INDONESIA*****
Ibu : bagaimana kabarmu hari ini ?
Jangan kawatir bu, aku baik-baik saja.
Janjiku untuk melihatmu pagi ini
Sahabatku.......
Seberapa banyak waktu untuk kerja?
Seberapa banyak waktu untuk Orangtua?
Sibukah
dengan sejuta aktivitas kerja yang sehingganya membuat lupa akan
kehidupan pribadi, kehidupan dimana kamu kecil dirumah.
Segudang
aktivitas yang membuat terlena, bahwa dibalik kesuksesan kerja ada
mereka yang mendidik, membesarkan, mencari nafkah susah payah demi
kesuksesan kita. Sejuta pekerjaan yang membuat kesombongan itu ada,
membuat lupa bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa mereka.
Entah
apa yang dikejar hingga membuat kita sering lupa siapa diri ini
sebelumnya. Diri yang dulu hanya bisa merangkak, hanya bisa menangis,
hanya bisa meminta.
Bagi Ayah dan Ibu itu sederhana
Kepada Anak ku
Ingatlah kepada kedua tangan kami.
Terima kasih ibu dan ayah atas perhatianmu kepada kami. kalian adalah sebuah kisah yang tak pernah usai kami ceritakan.
Janganlah
pernah kita melupakan orang tua kita yang telah melahirkan
kita,merawat kita dari kecil hingga sukses,dan selalu mendoakan setiap
mereka solat.Ingat,sesungguhnya sampai kapanpun jasa orang tua kita tak
akan dapat kita balas sampai mati pun tidak bisa!Jadi berusahalah
semaksimal mungkin untuk membuat orang tua kita bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar