Sabtu, 31 Maret 2012

KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK

       Ironis bila kita melihat keadaan negeri kita saat ini,ditengah kemiskinan penduduk indonesia,pemerintah justru menambahkan beban rakyat indonesia yang kurang mampu dengan menaikkan harga bahan bakar minyak.perubahan tersebut berujung pada protes masyarakat indonesia.Setiap ada kebijakan kenaikan harga BBM oleh pemeritah, siapapun presidennya di negeri ini, maka selalu  disusul  oleh protes atau demonstrasi. Sebab  dengan kenaikan harga BBM, semua harga lainnya akan ikut naik. Rakyat, terutama yang miskin,  akan  semakin menderita  sebagai akibat  kenaikan harga itu.  Sementara mereka yang tergolong kelas menengah ke atas, kenaikan itu juga akan menambah beban, tetapi tidak terlalu dirasakan.
         Kenaikan harga BBM disebabkan oleh kenaikan harga minyak di pasaran dunia.  Pada saat ini, harga minyak dunia naik, maka konsekuensinya harga di dalam negeri, juga seharusnya dinaikkan. Pemerintah tidak mungkin menanggung beban kenaikan itu. Jika dipaksakan, pemerintah harus menaikkan subsidinya, maka akan menganggu anggaran  yang sudah berjalan. Akibatnya, program-programn pemerintah tidak akan berjalan sebagaimana yang direncanakan.  Rakyat akhirnya juga akan menanggung resikonya. 

        Terkait kenaikan BBM  tampak  ada dua belah pihak yang berebut kepentingan,  yaitu antara pemerintah dan rakyat kicel  atau miskin. Manakala pemerintah tidak menaikkan BBM, maka akan kesulitan menjalankan anggarannya. Tugas-tugas pemerintah akan terganggu. Demikian pula rakyat, manakala BBM dinaikkan anggaran rumah tangga yang sudah  cekak,   bisa jadi,  juga tidak akan jalan. Tentu,  bagi mereka yang  berkecukupan, kenaikan BBM itu  tidak akan terlalu  terganggu. Sehingga persoalan BBM hanya terkait dengan anggaran  pemerintah dan anggaran rakyat dalam menjalankanh kehidupan sehari-hari.

        Hal yang mungkin masih perlu dipertanyakan adalah,  mengapa pemerintah selama ini memberi subsidi pada BBM. Kenapa harga BBM tidak diserahkan saja  kepada pasar. Dengan begitu, maka presiden atau pemerintah tidak akan diprotes terkait dengan fluktuasi harga bahan bakar ini. Umpama harga minyak diserahkan pasar, tatkala harga  naik, maka kenaikan itu bukan kesalahan pemerintah. Kesalahan itu adalah karena faktor di luar pemerintah, misalnya disebabkan oleh perang yang sedang terjadi di negara-negara yang kaya minyak. Atau oleh karena,  negara besar memerangi negara penghasil minyak hingga kilang-kilangnya terbakar,  misalnya.
        Tentu, bila pemerintah menyerahkan harga minyak pada pasar dunia, maka bisa jadi,  suatu ketika, harganya menjadi mahal, tidak saja Rp. 6.000,- tetapi bisa melambung hingga Rp. 10.000,-. Akan tetapi,  berapapun harga minyak dalam negeri akan sama dengan harga di beberapa negara lainnya, yang sama-sama sebagai pengimport minyak. Dengan demikian, tatkala harga minyak naik,  maka rakyat tidak akan protes kepada pemerintah,  dan juga tidak akan berdemonstrasi  sebagaimana terjadi pada setiap ada kenaikan BBM.
        Namun,  ketika harga minyak diserahkan kepada pasar, maka anggaran yang seharusnya digunakan  untuk subsidi BBM harus dialihkan untuk rakyat miskin. Beberapa waktu yang lalu, saya lihat data dari televisi, bahwa subsidi BBM  dari pemerintah mencapai Rp. 235 triliyun pada setiap tahunnya. Umpama uang sebesar itu dibagi langsung saja kepada rakyat kecil/miskin sebagai subsidi kehidupannya, katakan jumlah orang miskin 25 % dari seluruh pendiduduk, maka setiap orang/tahun  akan mendapatkan bantuan sebeswar  Rp. 235 triliyun dibagi  60 juta (penduduk miskin) maka akan mendapatkan sekitar Rp. 4.000.000,-/tahun . Manakala keluargta miskin terdiri atas 5 orang, maka keluarga itu akan mendapatkan  subsidi 5 x Rp. 4.000.000 =  Rp. 20.000.000,-/tahun.
           Keluarga miskin dengan  5 anggota keluarga yang mendapatkan subsidi sekitar Rp. 1.800.000,- /bulan, maka berapapun harga minyak, mereka tidak akan terlalu terganggu. Apalagi  orang miskin sebenarnya tidak banyak membutuhkan BBM,  sebagaimana orang kaya.  Sedangkan orang kaya, akan memperhitungkan dalam penggunaan BBM. Mereka juga akan menghemat, misalnya membatasi diri dalam menggunakan mobil pribadi, karena BBM mahal. Selain itu, manakala harga bahan bakar diserahkan pasar, maka tidak akan ada peluang munculnya orang nakal, yaitu misalnya,  membeli BBM di dalam negeri lalu menyelundupkan atau  menjual ke luar negeri, sebagaimana yang sering terdengar selama ini.  Polisi juga tidak perlu repot-repot mencari penimbun BBM,  yang bermaksud mencari keuntungan dari kenaikan harga itu.
        Keuntungan lain, buruh, mahasiswa, dan juga  partai politik oposisi tidak perlu  berdemonstrasi menentang keputusan pemerintah. Pemerintah tidak lagi dianggap salah, oleh karena menaikkan harga bahan bakar minyak. Rakyat kecil tersubsidi atau dibantu kehidupannya. Apalagi, niat baik memberi subsidi BBM adalah untuk menolong orang kecil dan sebaliknya bukan untuk orang besar, kaya,  dan atau setidaknya berkecukupan. Membantu rakyat kecil, ditempuh secara  langsung memberikan uang itu kepada  mereka, dan bukan  lewat cara mensubsidi harga BBM yang sebenarnya rakyat kecil sendiri juga  belum tentu menikmati.
        Persoalan selanjutnya adalah,bagaimana mendata sejumlah 25 % penduduk yang tergolong miskin itu.  Asal mau,  kiranya juga tidak sulit. Para lurah, RW, RT digerakkan. Pekerjaan itu kiranya juga tidak terlalu sulit, karena  pemerintah baru saja melakukan sensus penduduk. Namun kemungkinan terjadi, orang yang tidak miskin mengaku miskin,  agar mendapat subsidi. Tetapi kiranya,  secara bertahap persoalan itu bisa dicari jalan keluarnya. Sehingga jika pikiran atau hitungan sederhana ini bisa dijalankan, maka pemerintah akan aman dan sekaligus berhasil menunaikan amanah UUD, yakni mensejahterakan rakyat secara keseluruhan.  

Kamis, 29 Maret 2012

TUGAS KEORGANISASIAN

NAMA : PUSPITA KARTIKA SARI
KELAS : 2EA17
NPM : 19210672

DAMPAK KONFLIK

Pada dasarnya, setiap organisasi sekolah mempunyai potensi munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan individu, organisasi dan lingkungan (Depdiknas, 2000:210). Senada dengan itu Wahyudi dan Akdon (2005:34) menyatakan konflik dapat terjadi dalam berbagai situasi kerja organisasi. Namun demikian, dalam kondisi-kondisi tertentu konflik tidak terasakan. Kondisi seperti ini menunjukkan adanya stagnasi dalam tubuh organisasi. Jika kondisi “stagnan” ini tidak dikelola maka konflik dapat meningkat menjadi siklus-siklus konflik destruktif, seperti gambar berikut ini :
Siklus Konflik yang Buruk
SIKLUS KONFLIK DESTRUKTIF
Dari gambar terlihat konflik yang tidak terkelola, akan terus bersiklus sehingga “mengganggu” roda organisasi. Hasil akhir pada setiap siklus konflik destruktif adalah “kalah-kalah” dan selanjutnya menjadi pemicu untuk menjadi konflik baru yang dimulai dengan perlawanan laten. Dan seterusnya akan berlanjut jika konflik tidak dikelola dengan benar. Karenanya untuk menhindari hasil yang destruktif ”kalah-kalah maka dibutuhkan pengelolaan konflik. Hasil dari suatu konflik yang terkelola terlihat pada gambar berikut :

siklus Konflik Terkelola
Agar konflik laten dapat dikelola dibutuhkan stimulus agar konflik dapat dirasakan, sehingga dapat dikelola menjadi fungsional. Vliert dalam tulisan yang berjudul Escalative Intervention in Small-Group Conflicts (Robins, 2001:121), menyatakan manfaat menstimulasi konflik yakni:
1) Konflik dapat dijadikan alat yang efektif untuk melakukan perubahan “radikal” terhadap struktur kekuasaan yang ada, pola interaksi yang sudah berjalan, dan sikap yang sudah mengakar;
2) Konflik dapat mempermudah keterpaduan, dan efektifitas kelompok; dan
3) Konflik menimbulkan ketegangan yang sedikit lebih tinggi dan konstruktif.
Sedangkan dalam konteks persekolahan, dampak positif konflik dapat berupa : (1) memunculkan rasa ketidakpuasan yang selama ini tersembunyi sehingga organisasi sekolah dapat melakukan penyesuaian, (2) mendinamisasikan suatu organisasi sekolah, sehingga tidak berjalan sebagai suatu rutinitas dan statis (Depdiknas, 2000:207).

SUMBER KONFLIK
1. mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
A. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:
1) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.

B. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Filley and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel pokok yaitu :
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2) Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
3) Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono, 1993, p.15).

Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2. Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
4. Kalah/menang. Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5. Pertarungan/penerbangan. Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.
7. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan 

PENGELOMPOKAN KONFLIK
Kalau kita mau jujur, tak ada kehidupan kelompok yang tak mengalami konflik di dalamnya, bahkan dalam kelompok yang terkecil sekalipun, seperti sebuah keluarga. Saya masih selalu ingat nasihat orang-orang tua saat saya hendak menikah dulu, bahwa membina sebuah keluarga, apalagi saat-saat awal, minimal 5 tahun pertama adalah periode yang sangat sulit. Saat-saat itu adalah saat-saat dua pribadi, dua ego, dari dua latar yang berbeda, berusaha untuk dipadu dalam satu rumah. Tentu akan muncul gejolak-gejolak konflik. Sebagian orang-orang tua bahkan menceritakan bahwa saat-saat berat seperti itu juga kadang berulang pada periode tertentu, setiap 7 tahun atau 10 tahun. Dan setelah saya menikah, nasihat orang-orang tua tersebut memang benar-benar nyata.

Kalau dalam kehidupan kelompok yang terkecil sekalipun konflik itu bisa muncul, terutama dalam periode awal pertaliannya, tidaklah aneh bahwa dalam kehidupan kelompok yang lebih besar, seperti partai politik, konflik tersebut akan muncul juga. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidaklah imun dari hal yang amat natural tersebut. Apalagi PKB masih relatif baru, umurnya bahkan belum sampai 10 tahun. Partai yang seumur misalnya PAN juga mengalami hal serupa (PAN vs. Matahari Bangsa). Bahkan, partai yang usianya relatif lebih lama saja, seperti misalnya PDI-P dan PPP, juga mengalami hal itu (PDI-P vs. PDP, PPP vs. PBR).

Sebenarnya memang bukan konfliknya yang substansial dalam kehidupan berkelompok, karena konflik itu natural. Namun manajemen konflik itulah yang penting untuk dicarikan metode yang tepat, terutama manajemen konflik dalam partai politik. Dalam tradisi demokrasi yang lebih mapan, konflik internal dalam satu partai itu disalurkan misalnya lewat mengakui dan menerima adanya faksi-faksi politik, dan lewat tradisi 'challenge' untuk memilih pimpinan baru.

Tradisi faksi dalam partai politik

Sejak awal sebuah partai politik perlu sadar bahwa di dalam tubuhnya akan ada atau akan muncul aliran-aliran, kelompok-kelompok 'interest', atau apa pun yang lebih kecil. Meski secara umum semua aliran atau kelompok tersebut masih memiliki sebuah latar belakang atau tujuan besar yang mirip, dan oleh karenanya berkelompok dalam sebuah partai. Akan tetapi pengelompokan ke dalam grup yang lebih kecil tersebut tidak boleh diingkari. Dengan menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat atau akan terdapat aliran dan kelompok-kelompok yang berbeda, partai politik tersebut perlu mengakui eksistensi dari 'faksi-faksi'. Faksi inilah yang merupakan bentuk pengelompokan dalam sebuah partai politik.

Faksi-faksi dalam sebuah partai politik sesungguhnya memang diperlukan. Kenapa? Karena dengan adanya faksi-faksi itulah sebuah partai politik akan selalu dinamis. Persinggungan di antara faksi-faksi ini akan menggerakkan sebuah partai dari kejumudan. Selain itu, dinamika ini sekaligus akan menjadi kontrol internal dari partai tersebut. Memang persinggungan itu akan menjadi faktor destruktif apabila tidak dapat dikelola. Namun mengingkari adanya faksi justru akan menjadi awal dari konflik internal yang berkepanjangan.

Tradisi 'challenge' untuk menyelesaikan perbedaan antar faksi

Dengan mengakui dan menerima adanya faksi-faksi politik dalam sebuah partai, maka selanjutnya perlu mekanisme bagaimana kepentingan faksi-faksi ini bisa diartikulasikan. Dalam tradisi yang lebih berkembang, perbedaan tersebut diakomodasi lewat tradisi seperti tradisi 'challenge'. Tradisi ini bebentuk upaya perebutan pimpinan partai lewat pemilihan ulang pimpinan partai di antara internal 'pimpinan partai' (party room). Siapa saja yang masuk dalam daftar party room dapat ditentukan oleh masing-masing partai, namun intinya jumlahnya tidak terlalu besar (sekitar seratusan). Dan yang paling penting dimasukkan di dalam party room ini adalah para pengurus partai dan anggota-anggota legislatif yang berasal dari partai tersebut pada tingkatannya (nasional atau lokal). Karena pada umumnya, perbedaan kepentingan itu muncul di antara mereka terlebih dahulu sebelum merambah lebih luas.

Memang, dalam tradisi kepartaian di Indonesia, hal terakhir ini biasa dilakukan lewat Muktamar Luar Biasa (MLB), Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) atau apapun namanya. Namun proses tersebut selama ini sangat mahal karena melibatkan sangat banyak orang. Sampai-sampai ribuan orang ikut serta, dan bahkan membuat seperti sebuah pasar malam. Ia menguras tenaga, fikiran dan uang. Lebih dari itu, MLB atau Munaslub ini justru sering tidak melibatkan faksi-faksi yang berseberangan. Anggota-anggota legislatif dari partai tersebut sering justru tidak bisa ikut bersuara. Karena misalnya, setelah menjadi anggota DPR-RI dia bukan lagi pengurus harian partai baik di pusat maupun di daerah, sehingga tidak punya hak suara. Padahal dari antara merekalah banyak perbedaan kepentingan itu muncul.

Dengan kondisi seperti ini, MLB dan Munaslub pada akhirnya lebih mengecilkan arti aliran atau pengelompokan yang saling berbeda, bukan untuk menyadari dan menerimanya sebagai sebuah kenyataan. Sehingga, yang terjadi, setelah MLB, aliran atau kelompok yang tidak puas keluar dari partai dan tidak jarang membangun sebuah partai baru. Di sisi lain partai utama kemudian didominasi oleh kelompok para pemenang.

Perlu kesadaran demokrasi baru

Padahal bagaimanapun solidnya, perlu sekali lagi disadari bahwa pengelompokan merupakan sesuatu yang natural. Dan pada masanya akan muncul lagi baik di partai baru maupun di partai utama pengelompokan baru lagi yang akan berbeda kepentingan pula. Sebagai misal saja, di PBR yang tadinya menjadi rival PPP, kemudian muncul pula konflik antara Zaenuddin MZ vs. Zaenal Ma'arif lalu Zaenal Ma'arif vs. Bursah Zarnubi. Kalau kita tetap mengikuti cara yang selama ini terjadi, maka akan muncul terus banyak partai, dan partai yang makin lama makin kecil. Satu hal yang kurang sehat untuk kehidupan demokrasi dan bernegara.

Sebaliknya, kalau kita mulai sadar dan mau menerima kenyataan bahwa faksi-faksi politik merupakan keharusan dalam berkelompok, jalan akomodasi bisa ditempuh. Seperti juga dalam sebuah pernikahan, perlu adanya pengorbanan dari ego masing-masing dan menghormati pihak lain maka kalau metode manajemen konflik seperti ini bisa diterima, kehidupan berpartai akan bisa lebih langgeng. Kalau kepentingan beberapa aliran bisa diakomodasi maka setidaknya pihak-pihak yang berkonflik bisa sedikit tenang. Kalau pun nantinya harus melakukan 'challenge' pun, semua pihak baik yang akan menang atau pun yang akan kalah tetap siap, karena ada keyakinan bahwa berbagai pihak ini masih akan diakomodasi kepentingannya.

Partai Kebangkitan Bangsa memang telah mengalami banyak konfik internal. Dan sudah saatnya mencari metode manajeman konflik yang tepat agar tidak lagi konflik menjadi musibah, namun menjadi dinamika yang memacu partai ke depan dan menjadi kontrol awal yang baik dari dalam. Semoga dalam Simposium Nasional dan Mukernas tanggal 11 November yang lalu, upaya-upaya perbaikan partai di antaranya dengan mencari metode penyelesaian konflik yang cantik menjadi bahan bahasan yang membangun untuk PKB ke depan.

Selasa, 20 Maret 2012

tugas perilaku keorganisasian


                                                           ORGANISASI
Adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,mesin,metode,material), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut :
  • Stone
    Simpan sebagai Konsep
    r mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

    Bentuk - Bentuk Organisasi :
  • Organisasi politik
  • Organisasi sosial
  • Organisasi Mahasiswa
  • Organisasi olahraga
  • Organisasi Sekolah
  • Organisasi Negara

               Manfaat Organisasi :
  1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan  akan lebih efektif dengan adanya organisasi  yang baik. 
  2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria. 
  3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. 
  4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

    Contoh Organisasi Dalam Kehidupan sehari-hari :
                 Di kehidupan masyarakat terdapat banyak organisasi yang bisa bermanfaat.salah satu contoh organisasi yang saya ikuti adalah organisasi Karang Taruna.yaitu organisasi yang kegiatannya berguna untuk kepentingan masyarakat disekitarnya.dalam organisasi  Karang Taruna saya menjabat sebagai Bendahara.salah satu tugas bendahara yaitu mengatur keuangan dalam



                                                            INTERPERSONAL
    • Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasidiantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahuibalikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
    • Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
    • Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73) 
    • Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13). 

    FUNGSI INTERPERSONAL
    Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
    1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik.
    2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpanbalik.
    3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat melakukanmodifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi

    Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau
    informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah
    antara:
    1. Komunikator
    a. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
    b. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
    c. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
    2. Media
    a. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
    b. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.
    c. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wismari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.
    d. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang
    mempengaruhi proses komunikasi.
    3. Komunikate
    a. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
    b. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi  denganpembicaraan.
    c. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki.
            CIRI-CIRI INTERPERSONAL
  1.  Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesansecara spontan baik secara verbal maupun non verbal.
  2.  Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta komunikasi.
  3. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat.

    Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan,
    antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
    a. Menemukan diri sendiri
    b. Menemukan dunia luar
    c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
    d. Berubah sikap dan tingkah laku
    e. Untuk bermain dan kesenangan

    Efektivitas Komunikasi Interpersonal
    Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
    1. Keterbukaan (Openness)
    2. Empati (empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya
    3. Sikap mendukung (supportiveness)
    4. Sikap positif (positiveness)
    5. Kesetaraan (Equality)

      Contohnya yaitu : Disebuah Universitas dapat kita temukan contoh nyata dari komunikasi interpersonal yaitu seorang dosen yang sedang menjelaskan materi kepada salah satu mahasiswa nya,dan contoh lainnya yaitu seorang penceramah yang sedang berceramah di masjid.

           PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI
      Pengertian Perilaku Individu
      Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya.

      Dasar-Dasar Perilaku Individu : Semua perilaku individu pada dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya. Sajian berikut ini akan diarahkan pada empat variabel tingkat-individual, yaitu karakter biografis, kemampuan, kepribadian, dan pembelajaran.
      1. Karakteristik Biografis
      Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang terdiri
      dari:
      a. Usia
      b. Jenis Kelamin
      c. Status Perkawinan
      d. Masa Kerja
      2. Kemampuan
      Setiap manusia mempunyai kemampuan berfikir masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua faktor, yaitu :
      a. Kemampuan Intelektual Ada tujuah dimensi yang paling sering dikutip yang membentuk kemampuan intelektual, yaitu:
      o Kecerdasan Numerik
      Kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.
      o Pemahaman Verbal
      Kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar
      serta menghubungkan kata satu dengan yang lain.
      o Kecepatan Konseptual
      Kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat.
      o Penalaran Induktif
      Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
      o Penalaran Deduktif
      Kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen.
      o Visualilasi Ruang
      Kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang diubah.
      o Ingatan
      Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.
      b. Kemampuan fisik
      Kemampuan fisik memiliki makna penting khusus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan. Ada sembilan kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan, keluwesan extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina.
      3. Kepribadian
      Kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.
      4. Pembelajaran
      Pembelajaran adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.